Friday 28 December 2012

International Young Islamic Leader










Hunting Foto CFD

dalam Car Free Day Dago Bandung, selalu ada saja komunitas-komunitas yang memamerkan kebolehannya kepada para pengunjung yang biasanya datang untuk berolah raga. begitupun pada minggu, 11 November 2012 lalu, nampak sebuah komunitas bernama "spektrum" yang menunjukkan kebolehannya dalam membuat desain.
awal pengerjaan

hasil akhir 
acara Car Free Day biasanya berlangsung hingga sekitar pukul 10 siang. dan komunitas Spektrum tersebut ternyata sudah hampir menyelesaikan desain mereka dalam waktu kurang lebih 2 jam tersebut.

The Power of Green PR Unisba

 Himpunan Mahasiswa Publik Relation (PR) Universitas Islam Bandung mengadakan acara bertema The Power Of Green, pada Minggu (11 November 2012). 
Acara ini bertempat di Car Free Day Dago - Bandung.

nuansa hijau begitu mendominasi kawasan depan Car Free Day kala itu

seorang mahasiswa yang menggunakan busana daur ulang 

Teman saya bernama Poe

Teman saya bernama Peun

Seorang mahasiswa Public Relation Unisba, sedang membagi-bagikan balon hijau
kepada peserta Car Free day. Balon tersebut merupakan simbol tentang ajakan
untuk menghijaukan lingkungan.

Puluhan mahasiswa Public Relation Unisba melakukan tarian masal atau
yang kini akrab disebut dengan flasmop





Thursday 27 December 2012

Next Generation Indonesia (Next G)

masyarakat Indonesia mulai banyak yang semakin kritis dalam menyikapi keberadaan media, khususnya media televisi. berbagai gerakan literasi media juga mulai di kenal luas. 

Namun sayangnya, diantara media-media yang di kritisi berdasarkan prinsip literasi tersebut, keberadaan video games sebagai salah satu produk media nampaknya masih luput dari gerakan literasi media atau gerakan melek media. 

Padahal bila di cermati secara seksama, video games sangat berbahaya jika kita tidak pandai memilih dan menyikapi keberadaanya tersebut. 

banyak hal negatif yang tersirat dalam video games, diantara mengenai kebebasan seksual, penyimpangan, narkoba, kriminal, hingga ideologi-ideologi tertentu yang membahayakan. 

Berangkat dari hal tersebut, maka munculah sebuah komunitas pemantau video games yang menamakan diri  Komunitas Next Generation Indonesia (Komunitas Next G).

Komunitas Next-G sedang mengadakan kegiatan penyuluhan
mengenai video games kepada para Ibu Tk Muhajirin
yang terletak di Bale Endah - Bandung






Wednesday 26 December 2012

Meneliti Perilaku Mahasiswa Dalam Menggunakan Media Baru


Tugas mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi Kuantitatif bersama dosen pengampu Ibu Santi Indra Astuti memang "sesuatu". beberapa temanku yang harusnya MPK Kuantitatifnya bersama dengan bu Santi, malah dengan sengaja pindah ke kelas yang lain, dengan dosen yang lain. Alasannya adalah karena malas dengan tugas-tugas bu Santi yang memang terkenal "sesuatu" tersebut. Tugasnya susah, dan mendapatkan nilainyapun susah. makanya beberapa temanku tersebut lebih memilih untuk cari aman dengan tidak memilih mata kuliah bersama bu Santi.

Belajar Metode Penelitian Bersama bu Santi, sebenarnya meski terbilang agak rumit, namun cukup menyenangkan juga bila di nikmati. Beberaa tugas sebelumnyanya, yaitu merangkum buku Metode Penelitian Komunikasi Kuantitatif nya Djalaluddin Rakhmat dengan tulis tangan di folio, tugas-tugas harian lainnya, uts yang cukup rumit, membedah Skripsi yang termasuk penelitian komunikasi Kuantitatif, dan kini tugas yang (sepertinya) terakhir adalah tugas melakukan riset atau penelitian. Sebenarnya, penelitian ini tdak murni sepenuhnya berasal dari oemikiran kita/mahasiswa, melainkan kita hanya tinggal menjalankan kerangka atau konsep penelitian sudah disiapkan, yaitu kita hanya tinggal terjun ke lapangan saja mencari data-datanya yang di perlukan. cara mendapatkan data adalah dengan menyebatkan kuisioner, yaitu berkas pertanyaan seputar hal-hal yang termasuk dalam tema penellitian.

Secara sistematis dan spesifik, jadi begini tugasnya :
Setiap orang harus membuat kelompok dengan jumlah anggota 6-10 orang. Lalu setelah kelompok terbentuk, setiap perwakilan kelompok, mengambil undian yang isinya adalah nama-nama fakultas di Universitas Islam Bandung (UNISBA). Ya, yang menjadi objek penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswa UNISBA yang masih aktif berkuliah, yang berasal dari berbagai (keseluruhan) fakultas yang ada di UNISBA. Diantaranya : fakultas ilmu komunikasi (Fikom), MIPA, Kedokteran, Teknik, Syariah, Dakwah, Tarbiyah, Hukum, Pasca Sarjana, Ushuluddin, dll.

kami hanya mendapatkan waktu sekitar satu minggu untuk menyebarkan kuisioner tersebut.

Suasana menjadi riuh, saat sesi pengambilan undian fakultas mana yang akan menjadi objek penelitian masing-masing kelompok. Setiap fakultas tentunya memiliki karakteristiknya masing-masing. Kalau Fikom begini, kalau kedokteran begitu, dan seterusnya. Jumlah mahasiwa setiap fakultas tersebutpun tentunya berbeda-beda. Beruntung sekali kelompok yang kebagian meneliti fakultas Dakwah angkatan 2010. Mengapa? sebab fakultas Dakwah angkatan 2010 tersebut katanya hanya sekitar 10 orang dalam satu angkatan, maka mereka yang melakukan penelitian dengan menyebar angket kepada mahasiswa fakultas Dakwah mendapatkan efektifitas. Hemat waktu dan hemat uang (hehe karena jumlah kuisioner yang harus di fotocopy tentunya tidaklah banyak). karena fakultas jumlah mahasiswa fakultas Dakwah 2010 tersebut hanya berjumlah 10 orang, maka julukan mereka katanya adalah Laskar Pelangi. hahaha Wah ada ada saja, pikirku.

"Bagi yang kebagian fakultas kedokteran, kalian harus pintar-pintar mengintervensi mereka di waktu-waktu luang mereka. saya tau fakultas kedokteran itu pasti sibuk!" Ucap bu Santi mewanti-wanti, sambil sedikit tersenyum.

aku dan kelompokku kebagian meneliti mahasiwa fakultas Teknik Angkatan 2010.

****

Deadline pengumpulan tugas adalah hari jumat (28 desember 2012), namun kami baru bergerak menyebar angket di hari ini, yakni hari Rabu. Itu artinya kami bergerak di H-2 deadline pengumpulan tugas. hahaha itulah karakteristik kebanyakan dari kami. Yakni, bila tugasnya adalah tugas kelompok, setiap anggota sulit berkumpul dengan utuh. Alhasil progress pengerjaan tugas pun tersendat-sendat.

Hari ini, kami memulai dengan meminta surat pengantar dari Ibu Santi, yang juga merupakan wakil dekan 1 Fikom. Surat tersebut untuk ditujukan kepada bagian fakultas Teknik, dalam rangka untuk mendapatkan data mahasiswa fakultas Teknik angkatan 2010. Data tersebut simple saja sebenarnya, yaitu berupa jumlah mahasiswa teknik 2010 satu angkatan, dan jumlah dari masing-masing program sutdi atau prodi. Fakultas Teknik, layaknya Fikom, yaitu terbagi menjadi 3 Prodi. Prodi Fakultas Teknik UNISBA yaitu Teknik Industri (TI), Teknik Pertambangan (Tambang), dan Teknik Perencanaan Lingkungan (Planologi).

Tuesday 25 December 2012

Slow Food

Setelah semakin tau, kini aku menjadi lebih selektif menonton televisi. Bahkan bisa tidak menonton televisi sama sekali, karena stereotype bahwa televisi lebih banyak membawa keburukan dan menjadikan aku pasif, tidak produktif. Namun setelah di pikir-pikir, betapa bodohnya aku jika sepenuhnya menghindari televisi. walau bagaimanapun, dalam televisi banyak pula informasi-informasi yang bermanfaat. dan betapa beruntungnya aku di malam ini. Kenapa? sebab saat merasa monoton, aku menonton televisi dengan channel dan acara yang pas. Acara yang tadi aku tonton adalah Rumah Perubahan Bersama Renald Kasali yang ditayangkan di Tvri. hm, TVRI adalah channel yang paling jarang tersentuh olehku, sedari dulu aku terbiasa dengan tayangan-tayangan hiburan di televisi-televisi swasta lain.

Rumah perubahan Bersama Renald Kasali edisi kali ini (Selasa, 25 Desember 2012), membahas tentang Slow Food.

Slow Food.
Dari namanya tersebut, bisa di kira-kira atau bisa di prediksi bahwa slow food adalah kebalikan dari fast food atau makanan-makanan cepat saji yang semakin hari semakin menjamur. Interpretasi kebanyakan orang saat mendengar kata "Slow Food" tersebut, adalah makanan yang di olah dengan proses yang agak lama, tidak serba seketika seperti makanan cepat saji fast food, sehingga dinamakan Slow Food.
Namun ternyata, pengertian Slow Food yang lebih dalam bukan hanya sekedar itu. Slow Food yang dimaksud, membahas secara lebih komperhensif atau menyeluruh mengenai hal yang terkait pangan, bukan hanya berkisar pada proses pengolahan makanan menjadi santapan saja.

adalah Herlianti Hilman yang menjadi pembicara pada acara Rumah Perubahan yang membahas Slow Food tersebut. Siapa sebenarnya Herlianti Hilman? itulah pertanyaa yang menggantung dalam benakku.

rasa penasaran tersebut terjawab. diawali saat video kegiatan narasumber bernama Herlianty Hilman tersebut di tayangkan. keren! ternyata dia adalah seorang aktivis gerakan slow food community,

Sunday 23 December 2012

Psikolog?

Gara-gara Status ku di Facebook yang bunyinya :
"terlintas dalam pikiran tentang "apa ia (saya) butuh psikolog?"
ternyata mengundang berbagai tanggapan dari orang-orang yang peduli pada ku. kepedulian terlihat dari sempatnya mereka meluangkan waktunya untuk mengomentari status ku tersebut di kolom komentar. hm.. kalau tidak salah, ada 5 orang yang mengomentari status tersebut. ada yang hanya memberikan komentar singkat berupa :

"oh ya",
"oh iyaa",
"udah gila ya, hahaha",
"semua orang butuh psikolog sebenernya",

dan yang paling mengejutkan adalah komentar dari bu Tuti Mulyaningsih, yaitu mamahnya ka Adit. Ibu lah yang berkomentar paling panjang lebar dibandingkan yang lain. Begini bunyi komentarnya :

"Sebelum ke Psikolog, apa yang ada dalam pikiran atau unek-unek maupun masalah.. bicara dari hati ke hati dengan orang terdekat yang nyaman diajak bicara, siapa saja.. pasti ada jalan keluarnya ok? nikmati hidup apa adanya.. ikuti air mengalir, semua ada yang mengatur, Yang di Atas"

tapi apasih motif kamu menulis status itu fik?
mungkin itulah pertanyaan yang menggantung di benak mereka, juga ka Adit.

**
hmm jadi begini ceritanya....
dalam beberapa minggu terakhir ini, aku merasa kehidupanku mendadak menjadi sangat anomali atau sangat tidak normal. Pemikiran-pemikiranku yang tidak karuan mengenai ini itu begitu berkeliaran tak bisa aku bendung. Aku mulai tersadar, di beberapa waktu ke belakang aku telah hidup dengan sangat sembarangan.

Karena aku merasa mempunyai banyak kesalahan-kesalahan dalam hidup, aku menjadi takut dengan kesalahan-kesalahan yang pernah aku buat tersebut. tentu itu baik, karena aku menjadi sadar diri. Namun  ternyata, lama kelamaan aku menjadi sangat mengkritisi diriku selalu, hampir setiap waktu, hingga rasanya dalam setiap kegiatan atau aktivitas yang aku lakukan, tidak ada benar-benarnya sama sekali, masih saja salah. Padahal aku sudah bertekad untuk melakukan dengan hati-hati, dengan sebaik mungkin karena aku ingin berubah, atau lebih tepatnya ingin (cepat berubah).
Hmm menjadi sangat perfeksionis.

Aku resah, gelisah. Makan tidak berasa benar-benar enak, tidurpun tidak benar-benar nyenyak. untuk tidur, aku bisa tidur sangat awal, tidak seperti biasanya. Aku juga bisa tidur sangat melampaui waktu biasanya, bahkan hanya beberapa jam saja.

Aku tertekan.
Semacam ada yang mencekikku (entah apa), kepalaku berat, was-was, takut begini takut begitu, takut salah melulu. huff cape pokoknya, dan susah di jelaskan secara rinci atau mendetail mengenai rasa-rasa yang tidak nyaman tersebut!

Terlebih, untuk saat ini aku juga merasa tidak mempunyai seorangpun yang bisa aku jadikan tempat untuk curhat atau mengeluh. "Gengsi!" pikirku. Bila curhat dan mengeluh pada teman-teman kampusku, sudah dipastikan mereka akan menanggapinya dengan sebuah kata penuh makna yakni "Absurd" ya, "Fika Si Absurd" begitulah kadang mereka menyebutku, sebutan yang awalnya hanya sekedar becandaan tersebut, tapi lama kelamaan aku takut mendapatkan predikat itu lagi. Oleh karena itu aku menjadi tidak terlalu terbuka lagi kepada mereka, juga kepada orang-orang di sekelilingku.

Oh ia, Sempat terlintas dalam benakku untuk curhat atau mengeluh pada orang tua atau lebih tepatnya mamah, tapi aku tau, mamah saja mempunyai banyak masalah ini itu, terlebih pekerjaan. ah, aku takut membebani mereka, hingga aku putuskan untuk menyimpan sendiri perasaan-perasaan yang tidak nyaman tersebut. nanti juga baik dengan sendirinya, pikirku. akupun menyibukkan diri dengan ini itu, agar tidak merasakannya.

---
Namun berasa nihil.
---

lalu.. hingga di sabtu pagi kemarin (22 Desember), ketika aku menghabiskan waktu pagi hingga siang sekitar di perpustakaan ITB, entah kebetulan atau bagaimana, aku menemukan buku ini : ....


Judulnya adalah :
"Terapi Kognitif Untuk Depresi dan Kecemasan, Suatu Petunjuk Praktis Bagi Praktisi"
kondisi bukunya sudah agak lusuh, karena itu termasuk buku lama. Saat aku lihat tahun cetakannya adalah tahun 1991. "wah tahun segitu, aku saja belum lahir", pikirku.

Rasa penasaran mengenai isi buku tersebutlah yang membuatku akhirnya membuka lembar demi lembar isi buku. Saat melihat daftar isi, aku tertarik untuk langsung membaca Bab 5, yaitu mengenai "Keuntungan Hidup dan Mati". Judul yang nyentrik menurutku.

secara singkat bab tersebut memaparkan tentang bagaimana cara praktisi (dalam hal ini yaitu psikolog) saat harus menghadapi pasiennya yang punya pemikiran untuk mati, karena merasa tidak akan kuat menanggung beban mental yang dirasakannya dalam kehidupan.

jika pasien merasakan demikian, maka psikolog harus dengan perlahan mengajak pasien menganalisis mengenai keuntungan hidup, keuntungan mati, kerugian hidup, dan kerugian mati. begini.. begitu.. bla, bla, bla.. banyak yang dibahas, dan seru!

Membaca pemaparan tersebut, aku mendapat sedikit pencerahan, sebab saat memiliki masalah-masalah yang sebenarnya disebabkan oleh diri sendiri, aku sempat merasa bahwa aku lebih baik mati saja, hidup juga begini-begini saja. Salah lagi salah lagi.

Namun tentu saja, pemikiranku untuk mati tersebut tidak benar-benar serius, sebab aku masih bisa berpikir secara rasional. Aku masih bisa menyadarkan diri bahwa beban kehidupan yang aku rasakan saat ini tidak ada apa-apanya dengan yang lain.

Setelah cukup puas membaca bab5 tersebut, lalu aku mundur ke bab 2 (kalau tidak salah). disitu di paparkan mengenai definisi serta ciri-ciri Depresi dan Kecemasan. Wah, lagi-lagi... bacaan tersebut membuatku menganalisis diri, dan well, akupun harus mengakui bahwa ternyata saat-saat tertekan kemarin-kemarin itu adalah penyakit psikologis bernama Depresi dan Kecemasan.

--

huuuuuf...
oh ternyata memang benar bahwa aku sakit. Sakit psikologis, yaitu Depresi dan dilanda Kecemasan. Sayang, buku tersebut tidak dapat aku baca lebih banyak lagi, sebab pada hari sabtu, perpustakaan ITB hanya buka setengah hari, yaitu sampai pukul 1 siang. Saat itu sudah sekitar pukul 12 lebih.

hmm.. Tapi senangnya ada yang bisa aku bawa pulang dari kunjungan ke perpustakaan ITB sabtu kemarin itu. Semoga bermanfaat dan sepertinya memang bermanfaat untukku.

akupun pulang ke kosan dengan perasaan yang cukup lega, tidak terlalu merasakan depresi dan kecemasan seperti sebelum-sebelumnya.

saat dikosan...
aku kembali berpikir. Ternyata tanpa sadar, aku menjadi terlalu berorientasi pada pencapaian, aku berasa dikejar waktu, sehingga ingin ini dan itu dalam waktu yang relatif bersamaan, terlalu terfokus pada tujuan dan mengenyampingkan nikmatnya menikmati proses.

Sadar akan hal tersebut, tidak lagi membuatku membuang-buang waktu dengan melamun. Aku mulai membuka lembar kerja digitalku (latopku) dan mulai mencoba meneruskan tulisan untuk buku ku. Dan saat mengumpulkan bahan-bahan untuk tulisan dari berbagai buku, secara kebetulan dan yang pasti direncanakan oleh Allah, aku menemukan tulisan di bawah ini yang dikutp dari Bukunya Idi Subandy berjudul Kecerdasan Komunikasi :

"Kita hidup didalam masyarakat yang kian berorientasi tujuan (goal oreinted), yang menginginkan pemecahan masalah saat ini juga. Kita begitu terobsesi dengan hal-hal yang serba-seketika. Kita mulai menjadi mahluk yang mengutamakan hasil ketimbang proses. Namun kita sedikit terhenyak ketika menyadari, ternyata hidup adalah suatu perjalanan tiada henti dalam menemukan diri (self discover) dan memenuhi-kepribadian (self fulfilment)."

berangkat dari aktivitas membaca tersebutlah, aku mendapat pencerahan demi pencerahan, yang akhirnya terbesit dalam pikiranku "apa ia (saya) butuh psikolog?". aku rasa aku memang membutuhkan psikolog, atau yaa.. yang seperti disebutkan Ibu yakni yang aku butuhkan adalah "orang terdekat yang nyaman diajak bicara, siapa saja.."
tapi kenyamanan berbicara atau bercerita ternyata tidak melulu harus dengan orang lain. berbicara dengan (ber-kata) seperti ini-disini pun, dapat membantuku mengurangi ketegangan akibat penyakit psikologisku tersebut.

Sekarang Rasanya unek-unek sudah keluar!
Hmm.. Semoga cepet sembuh dari ke absurd-an nya fika!
get well now or soon!
:*

Digahayu Ibu Jawa Barat! Dirgahayu Ibu Indonesia!


Minggu, 23 Desember 2012 kemarin, pemerintah provinsi Jawa barat menggelar Upacara Peringatan Hari Ibu ke-84 tingkat Provinsi, yang juga di gabungkan dengan peringatan Hari Kesetia-kawanan Sosial Nasional (HKSN). Upacara peringatan tersebut bertempat di kawasan Gedung Sate, dan tema yang diusung adalah "Peran Perempuan dan Laki-laki Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Menuju Kesejahteraan Bangsa".
Upacara di pimpin langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan sebagai Inspektur Upacara. Juga di hadiri oleh berbagai perwakilan dinas di jawa barat beserta para pejabat-pejabat terkait, selain itu peserta upacara lainnya juga juga terdiri dari para penerima bantuan, penerima penghargaan, tamu undangan, organisasi wanita, serta para  ibu-ibu lainnya. Namun upacara peringatan pada pagi itu tidak di hadiri oleh dede Yusuf yang merupakan Wakil Gubernur Jawa Barat.
Gubernur Ahmad Heryawan dan Para Peserta lain sedang mengikuti jalannya Upacara Peringatan Hari Ibu dan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai hari Ibu didasarkan pada kongres perempuan ke III tahun 1938, dan berdasarkan pada keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 316 tahun 1959 tentang hari-hari nasional yang bukan hari libur. Peringatan hari Ibu merupakan upaya bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghargai perjuangan kaum perempuan Indonesia yang telah berjuang dalam merebut kemerdekaan. 
Makna peringatan Hari Ibu ke-84, seyogyanya merupakan momentum untuk merenungkan tentang apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum tercapai oleh kaum perempuan Indonesia, juga memberikan kesempatan untuk mengoreksi kekurangan dan kelemahan yang dihadapi kaum perempuan  Indonesia dalam kancah kehidupan berbangsa dan bernegara, mewariskan nilai-nilai luhur dan semangat perjuangan yang terkandung dalam sejarah perjuangan kaum perempuan kepada seluruh masyarakat Indonsia, terutama generasi muda guna memperbaiki tekad dan keyakinan dalam melanjutkan perjuangan mengisi kemerdekaan.
Secara umum, makna pelaksanaan Peringatan Hari Ibu adalah untuk meningkatkan kiprah perempuan Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan berkeluarga, berbangsa, dan bernegara, serta pembangunan nasional yang berkelanjutan guna tercapainya tujuan pembangunan nasional dan pembangunan milenium (MDGs) serta terwujudnya Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG) antara perempuan dan laki-laki, meningkatkan aspirasi masyarakat mengenai keluhuran kodrat, harkat, dan martabat serta peranan dan kedudukan kaum perempuan, baik dalam kehidupan pribadi maupun organisasi dalam berbagai aktivitas pembangunan.
          Puncak acara peringatan hari ibu di provinsi Jawa Barat dilaksanakan di Bandung, sedangkan pelaksanaan di kabupaten atau kota disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Rangkaian kegiatan Peringatan Hari Ibu provinsi Jawa Barat diantaranya Lomba Kreativitas yang diadakan pada bulan Oktober, lalu di bulan November diadakan Dialog Tentang Perempuan, dan Talk Show, dan kegiatan di bulan Desember berupa Bakti Sosial ke Panti Jompo, ziarah ke makam tokoh perempuan, yaitu ke taman makam pahlawan Cikutra, Makam Rd. Dewi sartika di Jl. Karang Anyar Bandung, Makam Cut Nyak Dien di Sumedang, kampanye Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, Upacara Peringatan Hari Ibu ke 84, dan Zakat pada perempuan Dhuafa.
            “Dirgahayu Ibu Jawa Barat! Dirgahayu Ibu Indonesia!” itulah isi pidato penutup dari Bupati Ahmad Heryawan.

              Upacara Peringatan Hari Ibu ke-84 dan hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) ini, dimulai pada pukul 8 pagi dan berakhir sekitar pukul 10 WIB. Acara tersebut di tutup dengan hiburan berupa atraksi kesenian yaitu Reog Genggong dari Bandung dan Rampak Gendang dari SMK 10 Bandung.

Saturday 22 December 2012

Selamat Hari Ibu!

Bandung, Minggu (23/12/12)

22 Desember diperingati sebagai hari ibu.













Ini Tentang Sabtu Pagi

sabtu pagi..
saat di pagi hari, aku bingung mau kemana. diem dikosan terus bosen dan suka parno sendiri. parno yang gatau kenapa. mungkin karena sepi, ga ada siapa-siapa dan ga ada temen ngobrol makanya pikiran suka jadi berkeliaran kesana kesini yang nyiksa diri sendiri. mana lagi ga punya uang. hufet banget.

beruntung, saat menyalakan televisi dan channel yang kebetulan muncul saat itu adalah Metro Tv. saat itu, acara bedah Editorialnya Media Indonesia. dan karena sabtu itu, tanggal 22 Desember yang merupakan hari Ibu, maka tema yang di bahas dalam bedah Editorial kali itu adalah mengenai Hari Ibu, dengan judul secara Spesifiknya adalah Hari Ibu, Semangat Perempuan.

Sebagai Perempuan, aku tertarik untuk menyimak bedah editorial saat itu. padahal biasannya, aku sangat tidak suka dengan acara bedah editorial. kalu di pikir-pikir, aneh sekali aku ini, saat ini aku berkuliah di UNISBA dengan Jurusan Jurnalistik, tapi aku tidak benar-benar suka dengan berita-berita. Padahal jurnalistik itu seputar pemberitaan, dan harus peka terhadapnya.

Kapi karena aku sekarang sudah semester 5 dan sebentar lagi uas yang berarti sebentar lagi pula aku akan menjadi mahasiswa semester 6, lalu akan naik lagi ke 7, dan harus skripsi sebagai prasyarat untuk lulus dan mendapatkan gelar sarjana, maka aku "memaksa" diriku untuk mulai rajin. Sebelum-sebelumnya, aku tidak tau "kemana". Sekedar kuliah, tidak ada apa-apa berupa karya rasanya dapat banggakan.

back. setelah nenonton acara bedah editorial tersebut, aku kembali bingung mau kemana. dan akhirnya aku putuskan untuk pergi ke perpustakaan ITB saja.

Sebelumnya aku pernah ke perpustakaan ITB di sabtu pagi, makanya untuk saat inipun akup putuskan untuk pergi kesana saja. entah akan mengerjakan apa, dan entah akan membaca apa.

Aku pun berangkat. Pagi itu, jalanan lengang.
dan ketika itu, suasana mendadak melankolis. aku sangat menikmati perjalanan dari kosan ku (Tubagus) ke Perpustakaan ITB, Jl. Ganesa.

Tidak hanya jalanan yang lengang. Kampus ITB pun saat itu masih lengang, hanya ada beberapa mahasiwa yang terlihat hilir mudik dan ada pula yang duduk-duduk di sudut-sudut kampus sambil berdiskusi sepertinya.

dengan percaya dirinya aku berjalan sendirian menuju perpustakaan kampus ITB. Beruntunglah, perpustakaan ITB tersebut memang masih buka di hari sabtu.

sama halnya dengan suasana di luar, suasana di dalam perpustakaanpun lengang. Hanya ada beberapa orang yang ada disana, dan sepertinya dapat dihitung dengan mudah bila memang mau. wah kosongnya perpustakaan ITB tersebut jelas merupakan kesempatan yang tidak boleh di lewatkan begitu saja. Di hari-hari perkuliahan biasa, setau saya perpustakaan itu selalu ramai dipenuhi mahasiswa-mahasiswa ITB yang membaca, mengerjakan tugas, berdiskusi, bahkan numpang tidur di bangku kayu dan sofa yang berwarna warni.

aku memilih tempat duduk di tempat yang sepi. Karena moment kosong tersebut, maka aku mempunyai kesempatan untuk narsis dan berfoto-foto dengan webcam. 
Inilah potret diriku di perpustakaan ITB saat itu. hahaha kenang-kenangan :p



Sayang sekali bila ke pperpustakaan ITB hanya sekedar untuk mendokumentasikan diri -narsis- ria. maka, akupun mencari dan memilih beberapa buku untuk kemudian aku baca.

Buku yang saat itu aku baca diantaranya ini :




diantara banyak buku berkualitas yang ada di Perpustakaan ITB, buku-buku yang seperti tergambar diatas menurutku sangat Recomended Untuk Di Baca bila kalian berkunjung ke perpustakaan ITB ..... 
(padahal aku sendiri belum sempat membaca semuanya atau minimal setengah dari buku tersebut)
hahaha
eh tapi asli deh, dari opening saja, buku-buku tersebut enak di baca dan berkualitas.



Saturday 15 December 2012

surga?

"Jika tetesan surga itu turun ke bumi, maka salah satunya pasti turun di Indonesia ini" ucap salah seorang bintang tamu dalam sebuah acara talk show di salah satu televisi swasta.
hmm... memang, terlepas dari segala kemelut yang ada di Indonesia ini, hidup di Indonesia memang seperti di surga. Terlebih bagiku yang sedari kecil hingga kini hidup di daerah yang aman-aman saja. Aman tanpa konflik yang berarti di tengah masyarakatnya, juga masih berasa aman dari bencana yang mengancam. Sedari kecil aku belum pernah merasakan ada dalam suasana yang menegangkan (semoga selalu). Selain itu, aku jga tumbuh dalam keluarga yang harmonis. Mamah dan papah yang kompak, meski kadang cuek. Tapi mereka itu sosok-sosok orang tua yang teladan menurutku.

dan bila di kerucutkan lagi mengenai "Surga", aku rasa, keluarga dan rumahku adalah surga yang tak ternilai. Sangat berharga. Menentramkan.

Harusnya aku memang benar-benar bersyukur atas kehidupanku, terlepas dari berbagai kesalahan yang pernah aku lakukan.




Bazar dan Silaturahmi Keluarga Besar UNISBA


 Setelah Beberapa waktu sebelumnya menggelar acara funbike atau bersepeda santai, serta aksi sosial seperti donor darah dan sunatan massal  yang digelar dalam rangka memperingati milad atau ulang tahun ke-54 tahun, pada minggu (11/11/2012) kemarin, Universitas Islam Bandung (UNISBA) juga menggelar acara bertema “Bazar dan Silaturahmi Keluarga Besar Unisba” yang masih merupakan rangkaian peringatan Milad.

Dalam Bazar dan Silaturahmi Keluarga Besar UNISBA tersebut, terdapa bazar beraneka makanan, terdapat juga stand-stand yang menjual busana muslim, serta di gelar pula lomba Paduan Suara Dosen antar Fakultas. Acara tersebut berlangsung meriah dan dihadiri pula oleh Rektor UNISBA beserta Istri.

Resensi Buku "Membaca Isu Politik"



Judul               : Membaca Isu Politik
Penerbit           : LKIS Yogyakarta
Penulis            : Denny J.A

Masyarakat menurut sebuah dictum adalah buku yang terbuka, maka ayat pertama yang mesti dipahami seorang aktivis adalah seruan membaca; bacalah masyarakat sebagaimana layaknya membaca buku. Jika dalam buku ada huruf, kata dan kalimat, maka dalam masyarakat ada kepentingan, ilusi, dan harapan.
Sejak menjadi aktivis mahasiswa di pertengahan dekade delapan puluhan, Denny J.A yang kini memimpin Lingkaran Survei Indonseia (LSI) yaitu sebuah lembaga riset dan konsultan kampanye pertama dan berskala nasional, mulai melatih diri membaca masyarakat melalui isu politik yang bergulir di kesadaran publik. Sedari mahasiswa dulu, ia mulai mempelajari aneka peristiwa sosial, sebagaimana di sekolah dasar ia belajar merangkai kata menjadi kalimat.
Tulisan dalam buku yang berjudul “Membaca Isu Politik” yang diterbitkan oleh penerbit LKIS Yogyakarta ini, merupakan kumpulan artikel terpilih mengenai isu politik di Tanah Air yang pernah di muat di berbagai media nasional, yaitu semacam rekaman isu publik di kepala seorang intelektual muda sejak tahun 1986-1991.
Karena sifat tulisannya yang mengejar aktualitas, maka tulisan-tulisan artikel tersebut lebih bersifat sebagai potret sekejap ketimbang lukisan mendalam. Jika di ibaratkan dengan kegiatan memindahkan gambar alam ke kertas, tulisannya tersebut lebih merupakan kerja seorang juru foto yang dikejar deadline, ketimbang kerja seorang pelukis yang sengaja ingin menikmati alam dan meletakkan citra dirinya didalam lukisan tersebut sehingga proses pengerjaan lukisan yang lama.
Secara lebih rendah hati lagi Denny J.A menganggap, kumpulan tulisan-tulisan artikel dalam bukunya tersebut lebih sebagai tulisan yang dibuat atau diketik ketika sang penulis mulai belajar mengeja dalam membaca masyarakat. Mengeja secara perlahan sambil sekali dua kali membuat kesalahan dalam pelafalan bacaan.
Dalam bukunya yang berjudul “Membaca Isu Politik” tersebut Denny J.A memiliki keyakinan, tidak ada jejak pemikiran yang tergores sia-sia. buku ini cocok bagi para generasi muda terlebih bagi mahasiswa yang baru belajar kritis terhadap isu-isu politik, yaitu dengan memperkuat terlebih dahulu dasar pijakan dari isu-isu politik yang sudah lama terjadi. Dengan begitu akan membantu kita menjadi lebih peka dan paham dalam bagaimana semestinya membaca Isu Politik yang saat ini sedang bergulir.

Mari Mengenal Waktu!





Waktu tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi kita, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dibatasi oleh waktu. Namun apakah setiap dari kita benar-benar mengenal apa itu waktu?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan atau kejadian, atau bisa juga  merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Skala waktu diukur dengan satuan detik, menit, jam, hari, pekan, bulan, tahun, windu, dekade (dasawarsa), abad, millennium, dan seterusnya.
Edwart T. Hall membedakan konsep waktu menjadi dua, yaitu waktu Polikronik (P) dan waktu monokromatik (M). Penganut waktu polikronik memandang waktu sebagai suatu perputaran yang kembali dan kembali lagi. Mereka cenderung mementingkan kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam waktu ketimbang waktu itu sendiri, menekankan keterlibatan orang-orang dan penyelesaian transaksi ketimbang menepati jadwal waktu. Oleh karena itu, penganut waktu P cenderung lebih santai, dapat menjadwalkan waktu berdasarkan beberapa tujuan sekaligus.
Sebaliknya, penganut waktu monokromik (waktu M) cenderung mempersepsi waktu sebagai sesuatu yang berjalan lurus dari masa silam ke masa depan (linier) dan oleh karena itu, mereka memperlakukannya sebagai entitas yang nyata, dan bisa di pilah-pilah, dihabiskan, dibuang, dihemat, dipinjam, dibagi, hilang atau bahkan dibunuh, sehingga menekankan pada penjadwalan dan kesegeraan waktu. Penganut waktu Monokromik (waktu M) ini cenderung waspada terhadap waktu, menghargai waktu, dan membagi-bagi serta menepati jadwal waktu secara ketat, menggunakan satu segmen waktu untuk mencapai suatu tujuan yang pasti.
Setiap budaya memiliki konsepsi dan  kesadaran yang berlainan mengenai waktu. Kebanyakan budaya Timur (terlebih Indonesia), Eropa Selatan (Italia, Yunani, Spanyol, Portugal), dan Amerika Latin menganut konsepsi waktu P. Sedangkan konsepsi waktu Monokromatik (M) kebanyakan dianut oleh budaya Barat, Eropa Utara, Amerika Utara, dan Australia.
Karena dipengaruhi oleh konsep waktu M, warga New York, Jepang, Jerman, Swiss, dan Negara lainnya yang kebanyakan warganya penganut konsep M, berjalan cepat bagaikana dikejar setan, kontras dengan kebanyakan warga masyarakat di Indonesia yang kebanyakan lebih senang berjalan santai, karena di pengauhi oleh waktu P. Cara berjalan mahasiswa di kampus-kampus di Negara yang mayoritasnya penganut konsep waktu M pun berbeda dengan cara jalan mahasiswa di kampus-kampus Indonesia. Contoh, Ketika mahasiswa Amerika berjalan lalu bertemu dengan kawannya saat berjalan, ia mengatakan “Hello” atau “Hi” lalu mengobrol beberapa menit dan bergegas ke perpustakaan untuk belajar atau ke pondokannya untuk mengerjakan tugas. Sedangkan kebanyakan mahasiswa Indonesia terlihat lebih sering mengobrol panjang sambil berjemur di pelataran kampus.
Bagi penganut waktu M, keterlambatan dalam sebuah pertemuan, dianggap sebagai sebuah penghinaan. Dalam mereka, ketepatan waktu mengkomunikasikan penghormatan. Namun dalam beberapa budaya lain, ketepatan waktu justru bisa menjadi sebaliknya.
Maka apa yang dinamakan dengan keterlambatan dan toleransi terhadap keterlambatan itu memanglah bervariasi dari suatu budaya ke budaya. Dalam budaya di Indonesia, keterlambatan itu bervariasi dari suatu situasi dengan situasi lainnya. Kuliah mahasiswa, seminar dosen, dan rapat pimpinan fakultas, dan acara-acara lainnya bisa terlambat hingga satu jam bahkan mungkin lebih. Orang berstatus lebih tinggi biasanya lebih di toleransi untuk dapat datang terlambat.
Itulah, kebanyakan bangsa Timur, terlebih Indonesia memandang waktu dengan konsepsi P, yaitu sebagai sesuatu yang tidak terinterupsi, tanpa perubahan yang penting, jadi tidak terobsesi dengan jadwal waktu dan tidak memilah-milahnya secaraa ketat. Barangkali karena konsep waktu P itu jugalah kebanyakan orang Indonesia tidak dapat memahami makna antre yang merupakan salah satu perwujudan konsep waktu M.
Realitas lainnya, kebanyakan sopir bus di negera indonseia tidak menjadwalkan waktu berangkat secara ketat, bus di kita kita baru berangkat bila kendaraan sudah penuh sesak. Kalaupun sopir bus berbgegas dan bus di pacu dengan sangat cepat, jarang sekali hal tersebut dilakukan untuk menepati jadwal waktu, melainkan karena mereka dikejar setoran.
Di Indonesiapun, kebanyakan sopir angkot masih mau menungguu orang lain yang berjalan di belakang, bahkan sering memundurkan kendaraan untuk menjemput penumpang. Kontras dengan hal tersebut, di Melbourne Australia, bus berangkat bila jadwalnya telah tiba meskipun hanya dengan satu atau dua orang penumpang, atau bahkan tanpa penumpang sekalipun.
Konsep waktu Polikronik yang mayoritas di anut oleh orang Indonesia jelas sehingga tercermin dalam istilahnya “jam karet” yang memanggap waktu sebagai sesuatu yang felksibel atau elastic Time.
Waktu menentukan hubungan antar manusia. Bagaimana kita meperlakukan atau menggunakan waktu, secara simbolik menunjukkan seberapa penting diri kita, menunjukan sebagian dari jati diri kita, dan bagaimana kesadaran kita terhadap lingkungan kita. Jadi secara simbolik, waktu itu mengandung sebuah pesan, dan kronemika (kronemics) adalah studi dan interpretasi atas waktu sebagai pesan.
Waktu sesungguhnya adalah misteri, atau serupa ilusi bahkan mitos, dalam artian bahwa waktu sesungguhnya tidak mengandung makna apapun, di luar makna yang diberikan oleh manusia. Nilai sejati waktu adalah bahwa waktu itu harus di isi dengan perbuatan mulia oleh orang yang masih hidup.

Mari "Gerakan" Indonesia Untuk Mengajar !




Pendidikan pada dasarnya merupakan hak bagi seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan tidak hanya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, tapi bermanfaat juga sebagai eskalator sosial ekonomi, yakni sebagai sarana untuk ‘naik kelas’ di masyarakat. Namun sayangnya,  tidak setiap individu terlebih anak-anak generasi muda di pelosok negeri ini dapat dengan mudahnya mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Berbagai masalah seputar gelapnya dunia pendidikan di Indonesia ini tentunya tidak akan pernah berakhir bila segenap warga Indonesianya sendiri hanya bisa sekedar mengecam tanpa memberikan kontribusi berarti bagi perubahan.
“This is Our problem, Let’s own the problem! ayo miliki masalah-masalah tersebut. Tanamkan dalam diri kita bahwa masalah pendidikan itu adalah masalah yang harus dimiliki kita bersama, bukan hanya milik pemerintah atau pihak-pihak terkait saja.” Ucapnya Anies Baswedan dengan penuh semangat saat menjadi pembicara pada talkshow dan roadshow Gerakan Indonesia Mengajar, yang Bertempat di aula Graha Sanusi Universitas Padjadjaran (UNPAD), Selasa, 20 November 2012 lalu.

“Pendidikan di Indonesia ini, sering dipandang melaui perspektif programatik, yaitu dianggap sebagai sebuah program. Jika terjadi atau terdapat suatu masalah, maka masalah tersebut hanya akan menjadi masalah program manajemennya saja dan bukan menjadi masalah bersama. Padahal Republik ini didirikan dengan semangat “Gerakan”, bukan didirkan dengan gerakan program-program semata. Seharusnya Pendidikanpun dipandang sebagai sebuah gerakan, agar menjadi tanggung jawab bersama!” ucap Anies baswedan menegaskan.
Talkshow dan Roadshow Indonesia mengajar yang di selenggarakan oleh BEM kema Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (PIK) tersebut, selain di hadiri oleh Anies Baswedan selaku pencetus Gerakan Indonesia Mengajar, juga di hadiri oleh para pengajar muda yang baru beberapa hari lalu selesai mengabdi di pelosok negeri. Di awal acara, para pengajar muda tersebut di perkenalkan di hadapan peserta. Mereka berdiri dengan tegak dan penuh kebanggan. Di beberapa sesi acara, beberapa pengajar muda tersebut juga berbagi cerita serta pengalaman saat mengabdi di pelosok negeri, yang membuat orang-orang yang hadir di Aula Graha Sanusia saat itu terinspirasi dan seakan ikut merasakan apa yang para pengajar muda tersebut alami.
Bagi Indonesia mengajar, Mencerdaskan kehidupan bangsa tidak dipandang sebagai cita-cita semata, melainkan sebagai janji kemerdekaan yang harus di lunasi. Meski begitu, Anies mengungkapkan bahwa Gerakan Indonesia Mengajar tidak berencana menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia ini secara menyeluruh, tetapi lebih tepatnya ingin mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk turun tangan dan peduli secara nyata. Selain itu, Indonesia Mengajar juga ingin menggali potensi generasi muda “to become someone”, agar siap di new world atau sebuah dunia dengan serba kebaruannya.
Melalui Talkshow dan Roadshow yang berlangsung kurang lebih dua jam tersebut, Anies Baswedan dan segenap komponen Gerakan Indonesia Mengajar mengundang para peserta yang hadir untuk menjadi para pengajar muda yang mengabdikan diri mengajar selama satu tahun di pelosok negeri. Bagi para calon pengajar muda yang beminat untuk mengabdi, caranya cukup dengan mengunduh atau mengisi formulir yang terdapat di webstie Gerakan Indonesia Mengajar yaitu www. Dan paling lambat tanggal….
“Indonesia Mengajar menawarkan kehormatan bagi anda sekalian para generasi muda untuk mengabdi di pelosok negeri. Hadir kesana, jadilah insprasi dan sebagai ajang Memperkuat tenun kebangsaan, karena disana akan ada  rumah kedua, keluarga kedua. 1 tahun di usia 20 tahunan tentunya akan beda maknanya dengan 1 tahun di usia 40 tahunan. Satu Tahun menjadi pengajar muda dan mengajar ke pelosok negeri, akan selamanya menginspirasi!” Ucap Anies mengakhiri pemaparnya sebagai pembicara.